Posts

Showing posts from June, 2022

Lelah

Namanya Sabira, berusia 25 tahun. Bobot tubuhnya 110 kg dengan tinggi badan 155 cm. Kegemaran yang dimilikinya membuatku lelah. Ingin aku beristirahat, nyata waktu istirahatku hanya saat dirinya tertidur lelap. Bahkan saat tidurpun dirinya mengoceh tak karuan dalam tidurnya, biasa disebut mengigau. Terkadang ingin aku pergi meninggalkannya, karena aku berpikir, akulah yang paling sering bekerja keras untuknya. Tapi aku tersadar akan temanku yang lain, ada usus pencernaan dalam tubuhnya yang tak kalah lelah bekerja. Jadi satu-satunya jalan adalah mengambil tugas bagian dari dirinya. Pagi ini baru saja dirinya terbuka matanya, belum mandi bahkan tentu belum menyikatku, barisan putih nan menawan saat dirinya tersenyum. Sabira oh Sabira. Mengapa dirimu suka sekali makan? Kelebihan berat badan membuatnya tidak cukup cekatan. Bahkan untuk sekedar berjalan ke dapur untuk mengambil gunting untuk membuka kemasan Snack saja lagi-lagi dia membuatku kepayahan, menggigit bungkusan plastik sekencang

Muasal Cerita

Tak dinyana, sungguh lika-liku perjalanan menuju titik permikahan tak seperti yang dibayangkan sebelumnya.  Tak seperti sekedar rencana atau citraan-citraan yang biasa menlintas di benak. Berasal dari satu momen ketika itikad terpancar demikian kuatnya, maka atas panduan-Nya, langkah-langkah pun terus berayun. Penggal demi penggal kisah, pertanda demi pertanda pun akhirnya membawa kami pada sebuah pertemuan istimewa ini. Seperti perumpamaan yang digunakan dalam risalah yang penuh nasihat kebijaksanaan. Langit dan Bumi: Laki-laki dan Perempuan memang diciptakan-Nya dalam fitrah-Nya yang sungguh berbeda. Satu sama lain saling memberi, saling mengisi, saling menyempurnakan. Semua tertakdir demikan karena kebutuhan yang satu memang hanya bisa terpenuhi oleh yang lain. Bila tidak bertemu, apa yang dibutuhkan oleh masing-masing tak akan pernah terpenuhi, tak pernah pula mencapai keutuhan, apalagi menyentuh kesempurnaan. Bahkan ibadat yang satu seolah hampa dan tak sungguh ada bila yang lain

Hilang

Mentari pagi terbit dari ufuk timur serta menembus jendela kamar tidurku. Tidak seperti biasanya hanya terdapat satu pemberitahuan di handphone, itupun dari temanku yang mengingatkanku buat mengisi absensinya. Biasa, penyakit mahasiswa. Nama gadis tersebut merupakan Nur Zahra, biasa aku memanggilnya dengan Zahra. Perempuan yang sudah mengisi penuh hati ini. Biasanya zahra senantiasa meneleponku pagi-pagi sekali hanya untuk mengingatkanku buat sarapan pagi, dengan kata-katanya yang telah kuhapal. "Selamat  pagi Andre sayang. Jangan lupa sarapan serta jangan sampai telat ke kampus ya.”  Tetapi hari ini tidak ada kata-katal penyemangat bagiku di pagi ini. Kulirik jam bilik di kamarku yang sudah menampilkan jam 8 yang berarti, satu jam lagi aku wajib hadir di kampus. Siapa pun tidak akan mau mendengar ocehan diiringi ceramahnya Pak Yasir yang merupakan dosen terkiller di kampusku. Setelah jam kuliahku berakhir, aku langsung bergegas mengarah ke rumahnya Zahra. Jarak dari kampusku ke r

Ternyata, itu Rindu.

Angin berbisik merdu mengantarkan gadis itu ke luar dari persembunyiannya. Kim Tae Yeon, gadis itu tak bergeming tatkala melihat sosok lelaki yang sudah berdiri di hadapannya, seperti biasanya. “Annyeong has…” Belum utuh Sehun menyapa, Taeyeon berlalu meninggalkannya untuk sebuah bus yang akan mengantarnya ke sekolah.  Sehun yang sudah biasa seperti ini pun hanya tersenyum kemudian mengikuti Taeyeon menaiki bus. Lama Taeyeon merasa risih karena di belakangnya berdiri seorang Oh Sehun, karena ia tak pernah mendapat tempat duduk, karena Sehun selalu berdiri di belakangnya setiap pagi. “Apa nanti… sepulang sekolah kau ada waktu?” “Jangan tanyakan hal lain selain pelajaran, oke?” Taeyeon meninggalkannya turun dari bus. Lagi-lagi Sehun hanya tersenyum. Ia berjalan, mengikuti dan selalu mengajak Taeyeon bicara, tanpa pernah mendapat respon. Tapi itu cukup membuat Sehun merasa senang. Namun sekali mendapat respon. “Oke, mari kita perjelas di sini. Kau muridku dan aku gurumu. Jangan menyimpan

Batas Ketakutan

Namaku, Viona Larasati. Usiaku saat ini 10 tahun, dan aku adalah seorang pembohong sejati. Aku bisa memainkan peran sebagai anak gadis manis yang pandai bermain piano. Namun sebenarnya aku juga seorang gadis yang gemar olahraga panjat tebing. Jangan ditanya sudah berapa piala aku dapatkan. Mama dan papa khusus menempatkan benda berkilau itu di lemari kaca tinggi dan besar. Kalau piala dari ajang perlombaan panjat tebing tidak pernah aku bawa pulang, aku punya tempat rahasia.  Tempat rahasiaku adalah rumah almarhum kakek yang berada di kota seberang. Tidak akan ada yang tahu, karena mama papa begitu berduka saat kakek meninggal, bahkan tidak lagi mengunjungi rumah tua nan besar itu. Hari ini mama dan papa sedang ada perjalanan bisnis ke luar negeri. Jika untuk urusan dalam negeri memakan waktu 2-3 hari, maka jika harus ke luar negeri, mereka biasanya harus menghabiskan waktu minimal satu minggu. Mereka tidak perlu khawatir meninggalkan aku dirumah sendiri, karena ada mbok Yun yang setia

Perjalanan Mimpi

Namaku Adi Syailendra, usiaku 21 tahun. Dengan tubuh tinggi dan tegap, semakin menyempurnakan hasil karya Tuhan dalam wujud tubuhku ini. Hobiku juga maskulin, yaitu berburu rusa. Aku senang olahraga itu sebabnya tubuhku menjadi idaman para gadis walau hanya sekali pandang, tentu saja wajahku tampan, banyak orang bilang wajahku mirip artis dari negeri ginseng. Persiapan menuju hari dimana aku akan berburu ke hutan dalam gunung Ciremai, perbekalan dan persiapan sudah aku perhitungkan jauh-jauh hari. Kepercayaan diriku amatlah tinggi, oleh karena itu aku selalu sendiri saja ketika berburu rusa. Merasa yakin karena aku sudah berburu rusa sejak usiaku menginjak 10 tahun. Pagi hari sudah aku memulai perjalanan kali ini. Tidak lupa berdoa sebelum melangkahkan kaki keluar rumah. Aku orang yang percaya ada kekuatan besar yang mengatur hajat hidup orang banyak, walaupun aku sendiri tidak memilih satu agama apapun. Tolong ini jangan digugat, aku percaya perbuatan baik akan berbuah kebaikan pada h

Dunia yang Kejam

Aku masih berdiri mematung didepan gundukan tanah makam seorang lelaki yang aku idolakan seumur hidup. Lelaki yang menghabiskan seluruh hidupnya untuk keluarga dan masyarakat. Jika biasanya sering ditemui seorang ayah yang lalai dalam membersamai anaknya karena kesibukan bekerja. Tetapi tidak dengan seorang Bramastia Perwira, lelaki yang mampu menjadi abdi masyarakat namun tegas memimpin, dan beliau juga adalah lelaki yang mengayomi tapi juga mampu menghukum tanpa tebang pilih. Ayahku seorang hakim yang amat terkenal namanya di negeri yang sudah tidak terhitung lagi jumlah kasus korupsi dan ketidakadilan ini. Sosok yang kuat dan bertalenta, mampu mematahkan setiap kekuatan yang ingin menjatuhkannya. Hari ini beliau wafat, karena sakit yang tiba-tiba saja beliau rasakan. Haruskah aku mencurigai seluruh orang di negeri ini? Terlalu banyak yang tidak menyukai kejujuran ayahku. Bahkan tidak segan-segan mereka melemparkan berbagai ancaman ke rumah kami. "Selamat siang, bapak Faisal. Sa

Putri Istana Berjiwa Tentara

Dua kapal besar berbendera Belanda tampak merapat ke Pelabuhan Aceh pada pertengahan Juni 1599. Dua kapal tersebut dinakhodai oleh dua bersaudara, yakni Frederick dan Cornelis de Houtman.  Pelayaran ke Aceh menjadi tujuan yang ke sekian kalinya bagi de Houtman bersaudara di wilayah Nusantara.  ***** Nama asliku Keumalahayati meskipun lebih dikenal dengan sapaan yang lebih singkat, yaitu Malahayati. Ayahku Laksamana Mahmud Syah, adalah keturunan Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah, pendiri Kesultanan Aceh Darussalam. Sejak kecil, aku tidak seperti anak perempuan lainnya, aku tidak terlalu suka bersolek. Berlatih ketangkasan menjadi kegemaran ku, berharap kelak menjadi panglima perang meskipun aku adalah seorang perempuan. Bakat itu mengalir langsung dari ayah dan kakekku yang pernah menjabat sebagai laksamana angkatan laut Kesultanan Aceh. Ajaran Islam memang dianut dengan serius di negeri tercintaku, Aceh. Namun, urusan gender tidak terlalu jadi persoalan. Buktinya, Kesultanan Aceh Daruss

Ullen Sentalu

"Rul, minggu depan kayaknya pengen maen ke Jogja, seperti biasa aku nginep rumahmu ya." "Iya, silahkan." "Ntar di Jogja, mau ke museum. Aku dapat 2 tiket gratis, kamu temani aku yo? Oh ya! Namanya museum Ullen Sentalu." Begitulah percakapanku melalui telepon genggam dengan Andi temanku dari Semarang yang akan berkunjung ke Jogjakarta kota tercintaku. ***** Hari itu aku menjemput Andi di stasiun Tugu Jogja. Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, kereta Joglosemarkerto yang sebentar lagi akan tiba.  "Hei Rul, wuih duda satu ini makin ganteng ya!"  Itulah Andi, sifat ceplas ceplos yang tidak pernah hilang sejak dahulu. Kami dua sahabat semasa kuliah dahulu, satu kampus di kota Semarang dulu. Kini aku kembali pulang ke Jogja dan sudah menikah, namun istriku sudah meninggal saat melahirkan anak pertama kami. Shila Lestari, gadis manis yang wajahnya serupa dengan istriku. Berbeda denganku, Andi tetap saja betah dengan gelar perjakanya. "Apa kabarmu N

Ilusi

Aku terbangun dengan kepala seperti terhantam benda keras, sekujur tubuh rasanya sakit mulai dari kepala hingga kaki, dan susah sekali menggerakkan badan bahkan satu jari rasanya begitu sulit. Menatap sekeliling ruangan berwarna putih dengan aroma khasnya, aku ada di rumah sakit. Tetapi aku sama sekali tidak ingat kejadian yang menimpaku sebelumnya.  Pintu kamar terbuka dan masuk beberapa orang berseragam putih. Senyum ramah dari bibir satu orang yang terlihat paling tua diantara mereka. "Selamat siang ibu, anda sudah siuman? Perkenalkan saya dokter Wijaya. Ibu sekarang berada di RS kasih bunda Jakarta. Apa ibu tahu apa yang baru saja menimpa ibu?"  "Saya tidak ingat dan saya tidak tahu dok kenapa saya bisa ada disini. Tadi dokter panggil saya ibu? Usia saya baru sembilan belas tahun dok." Dokter Wijaya menatap kebingungan namun senyum tidak lepas dari wajahnya, ciri khas seorang dokter ahli yang ramah. ***** Aku adalah mahasiswi tahun terakhir universitas negeri di

Nadia Dera

Namaku Nadia, usiaku saat itu menginjak 6 tahun. Duniaku hening, tanpa suara. Walau sudah berusia 6 tahun aku belum bisa berbicara dan bermain seperti anak seusiaku. Mamaku, Ana, penuh kasih dan sayang merawatku. Kata orang, aku anak berkebutuhan khusus, anak spesial kiriman Tuhan kalau kata mama. Aku mengidap autis, namun orang tuaku khususnya mama menerimaku dengan cinta mereka. Suatu hari mama membawa pulang Dera dan memperkenalkannya padaku. Duniaku serasa berwarna dan aku bahagia atas kehadiran Dera. Kemana aku dan mama pergi, Dera selalu ikut. Seperti hari ini aku pergi untuk terapi. Mama tak pernah lelah berusaha agar aku bisa berbicara dan beraktivitas seperti anak lainnya. Memasuki ruang terapi Dera berlari kesana kemari, aku tertawa dan itu suara pertamaku. Dan perhatianku sekarang terpusat pada Dera. Di dalam rumah, Dera berguling, aku ikut berguling. Dera melompat, aku pun melompat.  Halaman belakang rumah kami ada kolam renang, Dera terjun kesana, aku mengikuti. Saat itu m

Kekuatan Super

"Lihat siapa yang datang." Neil salah satu anak berseru pada dua temannya yang lain. Sambil melempar sampah bekas minuman ke arah Jason si anak cerdas juara sekolah. Karena tidak melihat benda yang datang tiba-tiba dan mengenai kepala, Jason jatuh dan semua buku serta barang bawaannya yang lain jatuh berhamburan. Bukannya menolong Neil dan kawan-kawan, malah menendang jauh semua barang yang jatuh. "Dasar anak mama!" seru Neil. ***** "Hey, Jason. Awas ada kapal UFO terbang!" teriak Neil dari lapangan sekolah sambil melemparkan sebuah bola basket  Bola basket tepat mengenai muka Jason. Jatuh terduduk pun tak bisa dielakkan.  "Lihat, mukanya. Ow ow sepertinya dia akan menangis!"  Bola basket tepat mengenai muka depan Jason, tentu ketika hidung dan area mata terkena lemparan akan menyebabkan mata berair bukan?! "Anak Mama akan mengadu, hahaha."  "Dasar anak mama!" Ejekan demi ejekan keluar dari mulut Neil dan kawan-kawannya. Datan

Putri Tenun Bulan Purnama

Pada jaman dahulu kala, hiduplah seorang putri cantik nan lembut. Putri Jasmine namanya, dia senang sekali bermain dengan para hewan di hutan belakang istana. Raja dan Ratu tentu khawatir melihat putri semata wayangnya gemar sekali pergi ke hutan belakang istana, meskipun dikawal menurut sang Raja tetaplah bahaya bisa saja mengintai. Sang Raja mendiskusikan hal ini dengan penasihatnya, "Hai penasihat, tahukah kau Putri Jasmine hampir setiap hari pergi ke hutan belakang istana, aku benar-benar khawatir. Apa yang sebaiknya aku lakukan?" ujar sang Raja. "Saya ada ide paduka Raja." Penasihat berkata "Apa idemu?" "Bagaimana jika kita nikahkan saja Putri Jasmine, bukankah banyak sekali pangeran dari negeri seberang yang kabarnya menyukai Putri, wahai paduka Raja. Kita buatkan saja sayembara, silahkan Raja atau juga Ratu yang memilihkan calon suami untuk Putri Jasmine," terang penasihat mengenai idenya. "Ide cemerlang! Wahai penasihat, idemu sangat

Andai Aku Menjadi..

Andai aku menjadi karang, meski tidak mudah. Sebab ia menahan sengat mentari yang garang. Dia kukuh halangi deru ombak yang kuat menerpa tanpa kenal lelah. Dia menahan hempas badai yang datang menggerus terus-menerus dan coba melemahkan keteguhannya. Karang tak mudah hancur dan terbawa arus, ia  berdiri tegak berhari-hari, bertahun-tahun, berabad-abad, tanpa rasa jemu dan bosan. Andai Aku menjadi pohon yang tinggi menjulang, meski itu tidak mudah. Menatap tegar bara mentari yang terus menyala setiap siangnya. Meliuk menghalangi angin yang bertiup kasar. Terus menjejak bumi hadapi gemuruh sang petir. Menghujamkan akar yang kuat untuk menopang serta menahan gempita hujan yang coba merubuhkan. Dengan rela hati memberikan tempat bernaung bagi burung-burung yang singgah di dahannya dengan berikan tempat berlindung dengan rindang daun-daunnya. Seorang gadis duduk di kursi rodanya menatap ke bibir pantai, menatap jauh dengan tatapan kosong. Danisha Alesya, gadis berusia 16 tahun anak satu-sat

Bougenville di Taman Surga

Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi tiba-tiba berubah suasana menjadi duka hari ini. Telah meninggal dunia hari ini, tanggal 8 September 2007, seorang wanita berusia 52 tahun, yang bernama ibu Darmi. Tiba-tiba nafasnya menjadi tidak teratur dan berhenti akibat serangan jantung dan penyakit magh akut yang dideritanya. Meninggalkan seorang suami dan ke empat anak serta seorang cucu yang disayanginya. Tanah merah yang sebelumnya rata kini telah berlubang ukuran 2x1 meter, bersiap menanti penghuni yang akan menempatinya. Tiada tiupan angin yang biasa menggoyangkan dahan dan ranting. Alam seakan mengheningkan cipta. Seakan turut merasakan duka seorang suami yang sedang bersedih, sesak hatinya tidak bisa mencintai lagi raga wanita yang telah mendampingi hidup selama 30 tahun.  Sirine ambulance mengisi keheningan area pemakaman, semua kepala tertunduk dalam. Iringan isak tangis turut mewarnai, begitu juga dengan keempat anak ibu Darmi hadir mengitari lubang pemakaman tersebut. "Siapa kali ini