Posts

Showing posts from October, 2022

Review Buku Tell Me Your Dreams - Sidney Sheldon

Tell Me Your Dreams (Ceritakan Mimpi-Mimpimu) Penulis: Sidney Sheldon WHO DUNNIT? Tiga perempuan muda.  Ashley Patterson yang alim dan pendiam. Toni Prescott dengan aksen Londonnya yang kental, serta Alette Peters yang lembut dan manis. Ketiganya sangat berbeda, ketiganya punya rahasia. Ketiganya saling terhubung oleh kasus pembunuhan yang mengguncang keseharian hidup mereka yang monoton.  Ashley Patterson langsing dan cantik, dua hal yang diinginkan oleh banyak wanita ada padanya. Ayahnya adalah seorang ahli bedah jantung yang ternama di dunia medis internasional. Tangannya telah menyelamatkan banyak nyawa di berbagai belahan dunia. Tapi ayahnya pemarah dan emosional di mata Ashley. Ia selalu gerah sebab ayahnya terlampau melindungi dan membatasi geraknya. Mengingat ibunya telah tiada dan Ashley adalah anak semata wayang, bukankah perlakuan ayahnya itu suatu hal yang wajar? Toni Prescott yang sensual dengan aksen Londonnya yang khas membenci Ashley. Ia pikir Ashley adalah gadis sok su

GALAU

"Kenapa bisa kacau begini, sih? Kita sudah atur dari jauh-jauh hari. Kok, masih aja ada yang enggak beres," omel Farra. Tatapannya berpindah-pindah dari wajah tenang Wisnu ke wajah panik Diana. Dia menggigit bibir seraya mengetukkan telunjuk dan jari tengahnya di meja dengan nada tak beraturan, sekacau perasaannya. Wisnu mengelus punggung Farra untuk meredakan kepanikan sang calon istri. Dia tahu betul sifat Farra yang perfeksionis dan selalu ingin segala sesuatu sempurna sampai ke detail terkecil. Apalagi untuk urusan pernikahan mereka.  Pagi itu cuaca cukup cerah, tetapi bertolak belakang dengan keadaan di ruangan yang didesain minimalis modern itu.  "Kamu santai aja. Biar Mbak Diana yang urus,” ujar Wisnu melirik ke arah Diana yang tampak merasa bersalah. Wisnu berusaha menebak berapa calon pengantin yang datang ke kantor Diana sambil marah-marah seperti ini. "Santai gimana? Pertunangan kita, tuh, bulan depan. Kalau pertunangan mungkin kita masih bisa pakai kater

Sarwini dan Tiga Stabillo

Sarwini menunduk, ketika melewati beberapa lelaki yang tengah duduk menghisap kretek, di depan pintu gerbang rumah Juragan Warno. Para lelaki tersebut terkikik, menertawakan Sarwini yang melintas terburu-buru di depan mereka. “Kapan rabi?”¹ Hati Sarwini memanas, ketika telinganya mendengar celetukan dari salah satu lelaki itu. Perempuan tiga puluh enam tahun itu mempercepat langkahnya, membuat tubuhnya terguncang ke kiri dan ke kanan, kedua tangannya mendekap erat bungkusan kecil di dada. Memang, bukan baru sekali ini Sarwini mendapatkan perlakuan seperti itu. Sering, bahkan hampir setiap hari. Dirinya selalu diolok-olok sebagai perawan tua dan tidak laku. Sarwini tak pernah bisa menerima olok-olok tersebut. Hatinya selalu terasa sakit, teriris-iris. *** Sore itu mendung hitam menggantung di langit. Sudah hampir sebulan ini cuaca tidak menentukan. Hujan selalu datang tiba-tiba dan tanpa pertanda.  Seluruh penduduk desa lesu. Cuaca tidak bersahabat, sama artinya mengancam sumber hidup m