Posts

Showing posts from May, 2022

Selamat Pagi

Pagi ini, seperti hari-hari sebelumnya, seorang gadis mungil dengan hijab yang menutupi kepalanya, duduk dengan tenang di mejanya. Beberapa anak seumurannya mulai datang memasuki kelas 12-3 yang sudah cukup ramai. Anak-anak yang mengenal gadis itu menyapanya dan dibalas dengan seulas senyuman lembut. Tak lama kemudian, bel tanda masuk berbunyi. “Lyn, udah ngerjain tugas Biologi yang seabreg itu?” Seorang gadis dengan rambut diikat satu duduk di sebelah gadis berhijab itu. “Udahlah, Nya, ya kali belum.” sahut gadis itu santai. Anya, teman sebangkunya itu mengangguk pelan menanggapi. “Iya sih, kapan juga, seorang Aerlyn yang oh-sangat-perfeksionis lupa ngerjain tugas.” Aerlyn, gadis berhijab itu terkekeh pelan mendengar nada bicara temannya. Aerlyn lalu merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah pocket book Kimia dari dalamnya. Aerlyn mulai sibuk dengan bukunya mengabaikan Anya yang menyerocos tentang komik online terbaru dari LINE atau sering disebut webtoon. Tanpa sadar, Pak Iwan, selaku w

Kehilangan Seorang Pahlawan.

  Hembusan angin beriring menyapu rambut. Menyisir setiap sudut. Terdiam dalam hening malam. Langit kelabu menambah dinginnya suasana. Sepasang kaki kecil tertatih, tanpa alas kaki. Melawan dinginnya malam itu. Berharap mendapatkan sedikit kehangatan dalam indahnya kota.  “Sudahlah Kak, tidaklah mudah kita mencari makanan malam ini. Lebih baik kita mencari tempat untuk melepas lelahnya hari ini.” Ucapku kepada kak Erin yang jelas-jelas terlihat kelelahan. Sepasang mata menatapnya dengan penuh keraguan. Matanya yang lusuh, kini basah oleh air matanya. Mulut pun terkunci tanpa sepatah kata pun. Putri Kemuning dan kak Erina Viola, kami adalah dua bersaudara yang saling menggantungkan diri. Dialah satu-satunya keluarga yang aku punya setelah kematian kedua orang tua yang amat tragis. “Hari ini kita sudahi saja Kak, mungkin besok kita akan dapat yang lebih banyak.” Ucapku meyakinkan. “Baiklah jika kamu memang sudah kelelahan, mari kita mencari tempat beristirahat malam ini.” Ujar Erin. Mala

Terbang dan Pergi

Putri Kemuning menyandarkan punggungnya ke dinding, di luar rumahnya. Terlihat ia memejamkan mata, lalu sesekali ia menatap ke arah langit, seolah nampak harapan di atas sana. Akan tetapi, akhirnya ia menundukkan kepalanya sendiri. Ketika dengan mantap menatap harapan di langit justru yang ia dapati sama sekali bukanlah asa, melainkan sendu hatinya sendiri. Hatinya terasa kasar, tetapi kosong sama sekali. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya sendiri, kemudian mengusap-usapnya. Ya, cinta membuatnya sakit jiwa. Hingga membuat Putri Kemuning tak lebih berbeda dari orang gila. Kalau saja, akhirnya benar-benar menjadi gila sebenarnya tak mengapa juga, ia tetap punya teman dan tak hanya dirinya saja yang mengalami hal demikian. Betapa dahsyatnya mengguncang jiwa, betapa ampuhnya membutakan mata, lagi betapa berhasilnya meluluh-lantakan logika, sehingga membuat jiwanya menjadi gila. Bagaimana jiwanya tak menjadi gila, kalau seseorang yang dicinta tak dapat ia miliki sepenuhnya. Justru i

Pesan Rindu Sang Mantan

Bandung sedang dilanda hujan deras ketika ia tertinggal kereta Turangga. Perempuan itu duduk putus asa di atas bangku panjang sembari mengunyah permen karet. Seseorang duduk di sebelahnya. Lelaki yang tampaknya hendak ke Jakarta, terlihat ia memegang tiket kereta Parahyangan. Lama saling diam, akhirnya lelaki itu membuka percakapan: “Mau ke Jakarta juga?“ “Tidak ke mana-mana.“ “Kenapa ada di stasiun?“ “Mungkin tersesat. Kamu?“ “Mari tersesat bersama.“ Bertukar kartu nama, dan mengobrol semalaman. Benar-benar sebuah awal perjumpaan yang menggoda, di saat hujan sedang turun deras. “Saya harus membeli tiket Argo Wilis pagi ini,“ kata perempuan itu setelah mengembalikan jaket pada pemiliknya. “Saya boleh ikut?“ “Ini Senin, seharusnya kamu bekerja.Penggemarmu sudah menanti di depan televisi.“ “Alasan adalah nama tengahku.“ Mereka tertawa bersama dan memasuki gerbong kereta Argo Wilis, menikmati 12 jam perjalanan kemudian. “Usiamu berapa sih sebenarnya?“ tanya lelaki itu setelah kereta melaj

Perpisahan Tanpa Kata

Tema : Mantan Judul : Perpisahan Tanpa Kata Jumlah Kata : 465 Sebuah pesan pendek menyergap ponsel Angga Kurnia. “Aku di Jakarta,“ pesan singkat yang membuat ia batal memasuki lift. Ia menekan tombol hijau pada nama itu. “Halo,“ suara perempuan itu terdengar mesra. “Oh, hai. Kau sampai kapan di Jakarta?“ Angga tak mampu menyembunyikan rasa gembira. Bagaimanapun, mantan kekasih selalu menimbulkan rasa yang tak dapat dijelaskan dengan logika. Sore itu seharusnya cerah. Jakarta terkadang penuh dengan kesenangan, tapi bisa saja berubah menjadi tempat terkutuk. Ketika hujan tiba-tiba mengguyur hebat, dan sukses membuat kemacetan menjadi lebih gila dari biasanya, itulah terkutuk tahap pertama. Taksi-taksi tidak menyalakan lampu biru, artinya dia sudah terisi. Itu terkutuk tahap dua. Angga mengumpat sambil membuang rokoknya yang belum sepenuhnya terisap. Ia tak mau berisiko menggunakan mobil dengan pelat nomor cantiknya. Betapapun hasratnya membuncah untuk menunjukkan pada mantan kekasih bahw