Posts

Showing posts from January, 2022

Mawar dan Rumput Liar

  "Hai, Mawar selamat pagi? Ceria sekali kamu hari ini?” sapa merpati yang hinggap di salah satu batang daun pohon jambu dekat bunga Mawar. “Kau rupanya Merpati, tentu saja aku sangat ceria, apa kau tak lihat semakin lama aku semakin mekar dan cantik,” jawab Mawar. “Ya kau memang cantik mawar, pantas saja semua orang sangat menyukai kecantikanmu,” puji Merpati lagi. Mawar selalu merasa bahwa dirinya adalah bunga paling sempurna dari bunga yang pernah ada. “Benar Mawar kau sangat cantik,” puji Rumput yang tumbuh tak seberapa jauh dari mawar. “Tentu saja aku memang cantik, orang-orang menyukaiku dan sangat peduli padaku, mereka selalu merawatku dan menjadikanku hiasan di halaman mereka, sedangkan kau,” sindir Mawar pada rumput. Rumput sedih mendengar ucapan Mawar, tapi tak bisa ia pungkiri bahwa apa yang telah dikatakan Mawar memang benar, ia hanyalah rumput liar yang bahkan hanya mampu mengotori halaman. “Ah kalau begitu aku pergi dulu ya, aku ingin mencari makanan,” kata merpati b

Boys Don't Cry

Beberapa orang tua ada yang langsung mengucapkan 'Anak laki-laki nggak boleh nangis' atau 'Anak laki nggak boleh cengeng' ketika putranya terjatuh atau melakukan sesuatu hal yang membuatnya ingin menangis. Dengan kalimat seperti itu, seakan-akan anak lelaki 'dibentuk' menjadi pribadi yang tangguh. Apalagi, kegiatan menangis sering diidentikkan dengan anak perempuan. Banyak persepsi bahwa perempuan adalah kaum lemah sehingga ketika laki-laki menangis maka kesimpulannya adalah laki-laki tersebut lemah, padahal laki-laki tidak boleh lemah. Saya sangat tidak setuju dengan pernyataan itu. Menurut saya, menangis adalah salah satu bentuk ekpresi perasaan yang sedang dialami dan perlu pemaknaan. Menangis tidak ada kaitannya dengan sebuah kelemahan dan bukan hanya milik perempuan. Selain itu, menangis adalah bukti bahwa hati seseorang tidak 'mati' dan masih bisa menerima sebuah sinyal ketidaknyamanan. Selama menangis hanya merupakan bentuk ekspresi perasaan dan b

Bayi Tanpa Nama Itu Seorang Pahlawan.

Bayi Tanpa Nama Itu Seorang Pahlawan.  Saya rasa tidak ada satu ibu yang sanggup dipisahkan dari anak-anaknya. Saat itu anak pertama dan kedua saya belum genap satu tahun. Saya sudah bertekad untuk menjadi ibu rumah tangga saja, siapa juga yang sanggup berpisah dari dua malaikat tampan yang sehat dan mempesona seperti anak pertama dan kedua yang Allah titipkan itu? Masya Allah. Ternyata saya tidak termasuk ibu yang dilimpahkan asupan ASI yang melimpah, sebelum menyalahkan saya sudah lebih dahulu konsultasi laktasi, hypnoterapi laktasi sampai segala minuman entah apa namanya dari yang getir sampai yang pahit saya akan menghabiskannya demi memenuhi kebutuhan ASi dua bayi lelaki yang luar biasa ini.  Keadaan dan tuntutan dari seseorang membuat saya akhirnya memutuskan ingin kembali bekerja untuk bisa membeli susu formula bayi kembar kala itu. Alhamdulillah prosesnya mudah. Namun, sampai pada sesi tes kesehatan, hasilnya mengejutkan. Saya sehat, dan saya positif hamil. Perusahaan mana yang

Citra-citra Seorang Wanita

 Citra-citra Seorang Wanita Sebagai seorang ibu dari tiga orang putra, saya cukup familiar dengan penuntutan untuk tampil dengan citra yang baik. Entah citra sebagai seorang perempuan, atau seorang istri, bahkan sebagai seorang ibu. Masyarakat yang mayoritas menggolongkan citra perempuan yang baik adalah perempuan yang mahir memasak dan perempuan yang sigap melakukan semua pekerjaan rumah tangga. Bahkan citra seorang istri yang baik terang-terangan dijelaskan saat suami melakukan kesalahan atau berselingkuh, maka yang menjadi bulan-bulanan adalah citra seorang istri yang tidak cukup mumpuni menjadi penyebabnya. Begitu juga saat melahirkan anak, citra ibu yang baik adalah yang bisa melahirkan secara pervaginal atau secara normal, citra ibu yang baik yang sukses menyusui anaknya selama dua tahun penuh, dan citra ibu yang baik sempurna yang memberikan menu MPASI yang baik atau istilah sekarang menu MPASI bintang empat.  Saya tidak menganggap hal itu jahat, buruk atau sebaiknya ditiadakan.

Teman Sekelas.

 Teman Sekelas. Namaku Doni, murid baru di sekolah ini. Tampang tampan milikku tak menjamin bernasib baik. Lima siswa yang terkenal suka mengambil uang siswa lainnya, ternyata adalah teman sekelasku. Laci mejaku sengaja mereka penuhi tumpukan sampah. Tidak habis sampai situ, sore hari mereka memintaku mengikuti ke atas balkon gedung sekolah.  Dompet yang berada di kantong belakang celanaku mereka ambil, betapa terkejut mereka dengan isinya beberapa lembar ratusan ribu. Tidak puas mengambil uang tersebut, mereka hendak memukul wajahku. Namun, siapa sangka pemegang sabuk hitam pencak silat adalah diriku. Dan datang ke sekolah ini merupakan misi penyamaran untuk menangkap gembong narkoba di sekolah.

The Best Day

The Best Day Hujan di siang hari membuat tanah menjadi lengket, itu juga yang membuat langkahku semakin berat. Mendaki gunung sampah dengan bau yang menyengat sudah menjadi rutinitas harian. Jika saja keluargaku bisa cukup mendapat uang,  maka aku memilih bersekolah dan bermain. "Pudori, kamu dicari bapakmu!"  "Ada apa, Slamet? Ini kan belum waktunya datang ke pengepul. Seharian aku belum dapat apa-apa neh."  "Kamu ga usah mikirin itu, rumah kamu banyak orang kulit putih. Kamu abis bikin ulah apa sih?" Sesampainya di rumah, aku tidak bisa berkata apa-apa saat dua orang diantara mereka memperkenalkan diri sebagai Jaemin dan Jeno salah satu anggota NCT Dream.  

DALANG

  DALANG Bapak tidak pernah setuju setiap kali aku mengenalkan pacar-pacarku. Katanya, mereka semua tidak menghargai budaya dan tidak memiliki wawasan luas. Bapak yang berusia lebih dari 60 tahun, tidak pernah bosan menonton pagelaran wayang. Sekalipun acara itu jauh di desa seberang. Kali ini bapak mengajukan satu nama untukku berkenalan, Yudhistira, dia adalah seorang dalang. Terbayang olehku, pria itu berusia tua dan kolot. Sungguh tidak cocok denganku. Sampai satu malam, pria tampan memakai kaos bertuliskan ‘Metallica’, dan terlihat di sela lengan bajunya ada gambar tato, datang mencari bapak. “Eh, Nak Yudhis, sudah datang!” Seketika itu juga, aku ingin segera memakai baju pengantin. Metallica = Nama band rock asal Amerika Serikat.

Gamelan Sirep.

 Gamelan Sirep.   Aku bersandar di salah satu sisi pintu masuk mengamati tata ruang yang tidak jauh berbeda dari terakhir kali kulihat. Sebuah panggung berlantai kayu. sayap kanan panggung terdapat seperangkat gamelan Jawa. Tubuhku meliuk-liuk, berputar, melompat. Sensasi yang terasa masih sama. Aku selalu merasa seksi ketika tubuhku menari-nari seirama dengan suara musik gamelan. Itu jauh lebih nikmat dari makanan terlezat sekalipun di dunia ini. Gamelan sirep*. Hening. "Sudah berkali-kali Ayah katakan padamu! Kamu ini laki-laki! Apa gunanya Ayah memasukkan kamu ke akademi militer jika masih saja menari tiap mendengar suara gamelan!” suara Ayah menggelegar di auditorium itu. *) Sirep: irama gamelan yang dimainkan secara lirih  

Impian yang Terwujud.

 Impian yang Terwujud.   Berdiri di belakang panggung megah pagelaran tarian balet seperti ini, membuat aku begitu bangga dan terharu pada diriku. Teringat kembali saat diriku berusia 7 tahun. Menatap layar datar yang menampilkan seorang balerina yang menari begitu anggun. Hari ini menjadi hari yang kutunggu setelah jerih payah selama ini. Menanti sebuah nama yang akan dipanggil sebagai penari balet fenomenal masa kini. Angga Pramestya, anakku satu-satunya, kini telah mewujudkan mimpiku. Sangat keras aku memaksanya menari padahal ketukan drumnya sempat menjadi juara nasional.   

Sarapan di Sekolah.

  18+ Trigger Allert Sarapan di Sekolah. Jam analog di samping hiasan miniatur Candi Borobudur berbunyi nyaring di atas meja. Bergegas mandi dan bersiap menuju restoran terkenal yang menjadi favorit kaum remaja seusiaku. Minuman manis aroma karamel dan kue berbahan keju selalu habis dalam hitungan menit. Hari ini aku harus mendapatkannya. Sedikit membual pada ayah, bahwa ada buku yang harus dibeli, membuatku bisa membeli menu favorit restoran itu, sebanyak masing-masing tiga buah. Angel, Ruby dan Jessica, pasti senang menerimanya. “Hei, berhasil ga elo dapetin menu viral restoran?” “Atau mau berakhir menjadi penghuni kamar mandi belakang sekolah?” Dengan tangan bergetar aku serahkan tiga kantong makanan kepada mereka.

Bersembunyi.

 18+  Bersembunyi.   Jantungku berdegup tidak menentu. Keringat terus mengucur di sekujur tubuh.  Ini satu-satunya kesempatanku mengubah takdir hidupku. Sekarang atau tidak sama sekali! Pria bertubuh tegap berpakaian batik memasuki ruangan ini. Beberapa lembar uang yang telah kupasang di ujung kayu panjang yang terikat dipagar balkon, berhasil menarik perhatiannya. Setengah badannya sudah berada di luar pagar balkon apartemen ini. Jari-jari tangannya berusaha menggapai, seraya badan terus semakin condong keluar. Jalan perlahan menghampirinya dan cukup sekali dorongan tanpa perlu tenaga besar. Bam! Kecelakaan berhasil aku ciptakan untuk orang yang telah mengatakan aku lelaki gemulai tak bertenaga.  

Bertahan Hidup dalam Sebuah Kamar.

Judul Film     : Room (2015) Pemain         : Brie Larson, Jacob Tremblay, Joan Allen, Tom McCamus, Sean Bridgers Produser.     : David Gross, Ed Guiney Sutradara     : Lenny Abrahamson Penulis         : Emma Donoghue Produksi       : A24, Element Pictures, No Trace Camping, TG4 Durasi           : 118 menit Pernahkah terpikirkan olehmu pulang kerumah namun berakhir dalam penculikan? Ditempatkan di ruang bawah tanah yang dalam dan gelap. Hanya ada satu-satunya sumber cahaya disana, yakni jendela kecil di atap ruangan. Tidak hanya sampai disitu saja, pelecehan seksual yang berujung pemerkosaan menambah derita. Fase hamil dan melahirkan bagi seorang wanita adalah fase terberat dalam hidupnya. Bagaimana jika fase itu harus dialami dalam kondisi diculik dan tanpa pemenuhan gizi yang baik? Hal itulah yang dialami Joy Newsome (Brie Larson) yang berusia 24 tahun dan putranya yang berusia 5 tahun, Jack (Jacob Tremblay) dalam film berjudul Room. Mereka adalah tawanan pria yang mereka sebut "

Harapan di Malam Terakhir

Satu hal yang membuat kita tetap berjuang adalah harapan. Perasaan yang tak pernah lelah meski berkali-kali didera luka dan kecewa. Namun memilih untuk tetap ada. Bahkan saat harus terjatuh, perasaan itu masih saja bertahan. Sakit bukanlah hal yang harus dijelaskan. Meski sesak memenuhi ruang hati.  Jam di dinding tembok berwarna putih menunjuk angka 10, langit tak lagi terang, aku masih di sini, tak bergerak karena takdir Tuhan sedang menyapa, hujan yang sedari tadi bertamu ke bumi belum juga menunjukkan tanda redanya, tiba-tiba saja perasaan itu datang ditemani dinginnya angin malam.  Aku memiliki empat orang anak, Alfi berusia 30 tahun, Andrea berusia 27 tahun, Ismail 26 berusia tahun, dan bungsu Rahel berusia 20 tahun. Aku sangat merindukan kedua putraku. Peristiwa tiga tahun lalu begitu menyesakkan dadaku, Alfi meminta sertifikat rumah. Rumah sederhana kami satu-satunya dia minta dengan paksa, entah setan apa yang merasukinya. Alfi ternyata menghamili pacarnya dan keluarga kekasih

Bangkit

  Aku yang selama ini merasa baik-baik saja, ternyata tidak demikian adanya. Kondisi keuangan yang tidak stabil di dalam keluargaku memicu terjadinya ketidakstabilan emosi dalam diriku. Pada satu waktu aku bisa tersenyum dan tertawa, aku merasa baik-baik saja. Namun, pada saat yang lain aku menangis, aku marah, aku ingin berteriak sekencang-kencangnya. Aku sadar bahwa kalau itu kulakukan pun tidak menyelesaikan masalah.  Hingga pada suatu hari aku mendapatkan cara lain, yaitu dengan menggambar dan mewarnai. Namanya art therapy. Aku mengikuti bimbingan seorang praktisi. Pada awalnya, jari jemariku sangat kaku untuk menggoreskan pensil. Hanya gambar abstrak yang aku buat lalu kuwarnai. Setelah mempelajari lebih lanjut, barulah aku bisa membuat gambar yang sesungguhnya, tanpa ragu, tanpa malu, tanpa takut salah. "Kita sambut Anggi Prasetiyo, seorang mantan bipolar yang kini menjadi salah satu anak muda yang menginspirasi." Kalimat sambutan dari presenter televisi terkenal. Kini

Hanya Untukmu

Hanya ingin berharap, semoga kamu tidak bertambah cantik lagi. Bahaya, aku semakin lelah dengan berbagai pasang mata yang semakin memperhatikanmu semakin harinya, semakin banyak, bahkan setelah kamu mahir memakai riasan wajah. Perihal persaingan, aku tidak pernah khawatir. Sebab, kamu tidak akan menemukan hal yang lebih hebat di antara lelaki lainnya selain aku. Hanya ingin berharap, semoga kamu tidak bertambah cantik lagi. Cukup, hanya aku saja yang mengetahui cantik dan sabarmu seperti apa, yang lain tidak perlu tahu, termasuk cantik hatimu yang mampu meluruskan duniaku. "Makanannya tidak dihabiskan lagi, Nak?"  Itulah alasannya mengapa aku tidak menghabiskan makananku hanya untukmu mama.ax

Solusi

Seorang wanita muda sedang duduk sambil mengelus perut buncitnya termenung di bangku panjang didepan rumah bercat biru, memandang anak sulungnya sedang bermain sepeda. Tagihan kartu kredit, cicilan perabotan rumah tangga, cicilan mobil, dan juga cicilan rumah memenuhi otaknya yang rasanya semua sudah mentok disaat seperti ini, maka esok hari keputusan berat harus diambilnya. Tenda sudah berdiri didepan rumah bercat biru tersebut dan bendera kuning di persimpangan jalan. Tangisan dan raut sedih memenuhi ruang tengah. Wanita muda tersebut ada dikamarnya sedang menghitung uang asuransi yang diterimanya atas meninggal suaminya. Kini masalah hutang dan cicilan sudah tak perlu lagi dipikirkannya.

Menyesal

  Siang hari yang terik aku berjalan menyusuri pinggiran jalan kota. Menangis tersedu selama berjalan. "Aku benci mama!" Lirih mengucap kalimat itu terus berulang. Acara mancakrida sekolah tidak bisa aku ikuti. Kini aku berencana kabur dari rumah menyusul teman-teman ke kota Bogor. Entah berapa lama aku berjalan tapi rasanya sungguh lapar dan haus. Bodohnya aku pergi tanpa membawa perbekalan. Berhenti dihadapan mobil hitam gelap, tiba-tiba pintu samping penumpang terbuka. "Sudah sampai ke tempat acara mancakrida, nak?" Seorang ibu tersenyum manis sambil memegang kotak kertas bertuliskan makanan siap saji tertera disana emcidi kesukaanku.

HIDUP ITU SEPERTI IRAMA LAGU, ADA NADA TINGGI ADA PULA NADA RENDAH

  "Dasar anak tidak sopan, makan itu jangan beserdawa!" Omelan mama sedari aku kecil. Aku susah untuk menahan serdawa, bahkan tidak pernah menahannya. Kalau serdawa ya serdawa saja. Ya bagaimana, namanya reaksi tubuh yang refleks. Usiaku kini 30 tahun, dan sudah menikah. Sesudah memakan Kare hangat nan pedas akupun beserdawa dengan nada cukup tinggi. Didepanku wanita India cantik tersenyum bangga karena masakannya yang membuatku jatuh cinta.  Tidak ada lagi omelan atau kritik tidak sopan atas serdawaku. Menetap dan menikah di negara India membuatku makin dicintai karena serdawa.

Botol Plastik Ibu

 Siang hari disaat matahari terik membakar Kota Bandung. Tampak asap tebal yang membubung tinggi di angkasa dari lemparan gas air mata dari arah petugas. Seperti airmata rakyat yang menangis karena penderitaan dan kabut akan masa depan mereka yang semakin tidak jelas. Teriakan membahana dan aku ikut berlari menjauh dari pusat kerumunan. Sudah satu pekan kondisiku kacau. Tidak bisa pulang dan rasanya seperti disekap dalam rasa takut. "Andri, mau sampai kapan loe begini?" "Bagaimana gue bisa pulang, kalau botol minum plastik punya nyokap gue hilang diantara kerumunan demo minggu lalu. Loe tahu kan botol plastik yang mahal harganya itu?!