Mawar dan Rumput Liar

 

"Hai, Mawar selamat pagi? Ceria sekali kamu hari ini?” sapa merpati yang hinggap di salah satu batang daun pohon jambu dekat bunga Mawar.

“Kau rupanya Merpati, tentu saja aku sangat ceria, apa kau tak lihat semakin lama aku semakin mekar dan cantik,” jawab Mawar.

“Ya kau memang cantik mawar, pantas saja semua orang sangat menyukai kecantikanmu,” puji Merpati lagi.

Mawar selalu merasa bahwa dirinya adalah bunga paling sempurna dari bunga yang pernah ada.


“Benar Mawar kau sangat cantik,” puji Rumput yang tumbuh tak seberapa jauh dari mawar.

“Tentu saja aku memang cantik, orang-orang menyukaiku dan sangat peduli padaku, mereka selalu merawatku dan menjadikanku hiasan di halaman mereka, sedangkan kau,” sindir Mawar pada rumput. Rumput sedih mendengar ucapan Mawar, tapi tak bisa ia pungkiri bahwa apa yang telah dikatakan Mawar memang benar, ia hanyalah rumput liar yang bahkan hanya mampu mengotori halaman. “Ah kalau begitu aku pergi dulu ya, aku ingin mencari makanan,” kata merpati berlalu pergi.


Rumput menatap jauh merpati yang mampu mengepakkan sayapnya terbang tinggi ke angkasa, kemudian ia menoleh ke arah Mawar yang terlahir sebagai bunga yang begitu cantik. Awan berarak mengikuti ke mana arah angin pergi, rumput benar-benar merasa kecil, siapa dia jika dibandingkan yang lain. Namun hal itu tak pernah membuatnya membenci Mawar sedikit pun, meskipun berulang kali Mawar selalu mengecilkan dirinya. Lalu suatu sore, saat rumput sedang asyik berbincang-bincang dengan rumput lainnya, ia mendengar suara tangisan, ia mencari di mana arah tangisan itu. Ternyata Mawar, ia melihat Mawar menangis tersedu-sedu.


"Mawar, kenapa kamu menangis? Apa yang membuatmu hingga begitu bersedih seperti itu?” Tanya rumput khawatir.

“Tadi aku dicaci maki manusia,” jawabnya di sela-sela tangisannya.

“Dimaki? Memangnya kenapa, kau berbuat salah apa, hingga dia tega mencaci makimu?” Rumput semakin khawatir mendengar ucapan Mawar.

“Tadi ada anak kecil yang mengajakku bermain, dia sedang memuji kecantikanku, tapi saat itu tangannya tak sengaja menyentuh duriku hingga berdarah, kemudian ia menangis dan langsung memakiku, katanya aku bunga yang jahat dan tidak cantik,” tangisan Mawar semakin menjadi-jadi.


“Sudah Mawar jangan menangis seperti itu, aku jadi sedih melihatnya,” Rumput ikut menitikkan air mata melihat sahabatnya begitu bersedih.

“Rumput maukah kau memaafkan aku?” Kata Mawar menatap rumput.

“Maaf? Untuk apa Mawar, kau tidak berbuat salah apa pun padaku!” Rumput menjadi kebingungan.

“Tidak, aku bersalah padamu Rumput, selama ini kau selalu baik padaku, tapi aku selalu mencelamu, tanpa pernah ku sadari bahwa segala sesuatu itu tidak ada yang sempurna, aku mempunyai kelebihan dan tentunya kekurangan, begitupun dengan kau, tapi selama ini aku hanya selalu menonjolkan kelebihanku, dan menyela kekuranganmu, maafkan aku Rumput!” Mawar kembali menangis tersedu-sedu.


Sesaat Rumput terdiam, kemudian ia tersenyum, “Sudah lupakan saja Mawar, yang penting kita akan selalu menjadi teman baik,” Rona-rona kebahagiaan tampak dalam diri Mawar dan Rumput, mulai saat itu mereka jadi berteman baik dan selalu menghabiskan waktu bersama. Dan Mawar juga tidak pernah menyombongkan diri atas kelebihan yang ia miliki, karena sebenarnya di balik kelebihannya, ia juga memiliki sebuah kekurangan.


❤️❤️❤️



Comments

Popular posts from this blog

Materi Praktik Cerpen

Resensi Buku Muni Luka Yang Tak Tersayat

Masa Tua