Posts

Showing posts from March, 2022

Resensi Buku Muni Luka Yang Tak Tersayat

#ReviewBuku Judul: Muni: Luka yang Tak Tersayat Penulis: Akhyar Mustafa Penerbit: Lingkaran Tahun Terbit: 2019 ISBN: 978-623-6624-07-4 Tebal: : 126 halaman Indonesia adalah negeri yang istimewa. Terdiri dari berbagai macam suku bangsa,  yang masing-masing memiliki ciri khas tersendiri. Dari sisi bahasa, pakaian, begitu pun adat istiadat. Menurut Wikipedia, adat  adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai budaya, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang mengatur tingkah laku manusia antara satu sama lain yang lazim dilakukan di suatu kelompok masyarakat. Adat yang memiliki sanksi disebut dengan hukum adat sedangkan yang tidak memiliki sanksi disebut dengan kebiasaan. Novel ini mengangkat adat istiadat yang terjadi di daerah pedalaman Aceh. Dari judulnya, sudah terbayang bagaimana isi buku ini. Banyak luka yang dialami oleh Muni, perempuan muda dari Aceh. Pedih dan kelam. Itulah kesan yang saya angkat saat membaca novel ini. Sebagai seorang perempuan hati saya saki

Resensi Buku Ayah Jangan Menangis

 Ayah Jangan Menangis 🍁🍁🍁 Jika selama ini banyak berseliweran kisah-kisah wanita yang disiksa oleh kaum pria. Kini, novel ini bercerita tentang kebalikannya. Wanita yang menyiksa pria. Novel karya Akhyar Mustafa yang diterbitkan oleh Penerbit Lingkaran, Januari 2020. Cerita yang ditulis berdasarkan kisah nyata. Novel ini menceritakan sosok ayah, sekaligus suami yang mencari istrinya yang pergi tanpa pamit. Kisah ini berlatar belakang di Aceh. Ilham adalah seorang guru, menikahi Ira, adik dari Bang Umar, sahabat yang banyak menolongnya. Ilham menerima Ira, atas dasar balas budi. Setelah mereka menikah, Ilham harus bekerja lebih keras lagi untuk memenuhi semua kebutuhan dan permintaan Ira. Setelah pulang mengajar, Ilham segera bekerja menjadi kuli bangunan. Lanjut mengajar anak-anak di lingkungannya, mengaji, setelah Isya. Ira punya penghasilan sendiri, tapi dirinya masih saja merasa kekurangan. Ia terlalu boros dalam menggunakan uang. Setelah melahirkan Aria, Ira hanya menyusuinya se

Resensi Buku Rara Kembalikan Anakku

 Judul : RARA – Kembalikan Anakku Penulis : Akhyar Mustafa Tahun Terbit : 2019 Penerbit : Lingkaran Tebal Buku : 157 halaman 🍁🍁🍁 Ketika kau mendapati anak perempuanmu satu-satunya menggoreskan arang di wajahmu. Apakah yang akan kau lakukan padanya? Menorehkan luka di hatinya? Rara--cantik, sehat, cerdas--, anak dari keluarga yang disegani dan dihormati. Bapaknya seorang imam kampung. Emaknya adalah wanita terpandang karena berasal dari keluarga pesantren. Rara yang bercita-cita menjadi ustazah, memilih untuk belajar di pesantren. Namun apa daya, baru saja dua bulan nyantri, Rara harus dipulangkan ke rumah karena ... hamil. Betapa murkanya emak, marwahnya sebagai panutan di kampung runtuh. Emak tidak terima harga dirinya hancur, juga tak terima atas perlakuan pihak pesantren pada Rara. Akibat kejadian itu, bapak jadi jarang ke langgar. Bahkan jumatan pun terpaksa mencari masjid yang jauh dari kampungnya. Aib ini membuat emak dan bapak mendapat tekanan besar di kampung. Emak berkali-k

Kehilangan Senja

 Kurasa, kedai ini terlalu sesak untuk kita. Terlihat, ada banyak anak-anak resah yang bergelantungan di juntai rambutmu. Ada banyak keluh kesah yang bersembunyi di balik kemejamu. Dan ada banyak kisah yang membuntut di punggung sepimu. Mengapa kau menabung air mata itu sendirian? Mengapa kau hanya menyajikan basa-basi dalam sepiring diksi. Tanpa sedikit pun remah-remah jujur yang sudi kau bagi? Bukankah kau mengajakku ke sini untuk berbagi rasa, barang secangkir air mata? Katakan saja apa-apa yang sedang mengganggu pikiranmu. Tanpa basa-basi atau pun kode-kode yang penuh interpretasi ambigu. Sebab, aku tak selalu peka untuk menyigi ringkih sikapmu, aku tak selalu paham membaca inginmu, dan aku tak selalu bisa mengeja apa pun dari dirimu. Seorang pelayan datang membuyarkan kediaman ini. Mungkin ia telah kesal dengan kita, karena sudah hampir satu jam kita duduk di sini. Tanpa sedikit pun kepastian, apa sebenarnya yang ingin kita pesan. "Jadi, Tuan dan Nyonya mau pesan apa?" t

KISAH SOPIR TAKSI

 Siang ini aku membawa mobilku menuju sebuah rumah bercat hijau. Kubunyikan klakson sebagai tanda bahwa taksi yg dipesan telah siap di depan rumahnya. Aku menunggu beberapa menit. Namun tidak ada tanda-tanda  seseorang akan keluar dari rumah itu. Tadinya aku mau membunyikan klakson lagi tapi perasaanku mengatakan aku hrs keluar dan mengetuk pintu rumah itu saja. Aku membuka pintu mobil...,  berjalan melalui taman di depan rumahnya. "Taman yg cukup terawat...”,  pikirku. Aku mulai mengetuk pintu rumahnya. Terdengar sebuah suara : “Tunggu sebentar ya..?”. Suaranya lemah...,  sepertinya sudah berusia senja. Lalu aku dengar langkah kaki dan sesuatu yg diseret menuju ke pintu tempat aku berdiri. Tak lama pintu terbuka... Seorang wanita tua berdiri di depanku. Dia mengenakan baju berwarna ungu  dan  kerudung berwarna senada yg dipakai diatas kepalanya. Aku menebak umurnya mungkin sekitar 70 an tahun. Di sampingnya terdapat sebuah koper kecil yg tadi terdengar diseret. Tidak ada orang la

Di Meja Ini

 Di meja ini, ada Ibu disampingku dan ada Ayah serta Adi didepanku. Adi adalah adikku, si super hero kecilnya Ayah dan Ibu. Diatas meja ada hidangan istimewa yang selalu ada disetiap malam di rumah ini. Berlebihan sekali memang, tapi itu benar-benar hidangan istimewa walaupun tiap hari pun sama. “Ibu buatin sayur asem kesukaan kakak” ibu membawa sayur asem kesukaanku. Membayangkannya saja pun sudah merasa enak apalagi merasakannya. Tak ada kata bosan untuk mencicipi sayur asem buatan ibu. Rasanya sangat hambar ketika makan malam bersama tanpa ada sayur asem buatan ibu. “Yeee…. sayur asem” teriakku. Seperti biasa sebelum makan kita berdo’a terlebih dahulu. Memang sesederhana ini untuk bahagia, bersyukur atas yang kita miliki. Diatas meja ini, kulihat Adi, Ayah, dan Ibu menunjukkan wajahnya yang berbahagia. Bagaimana denganku? Sama, aku pun tak bisa menutupi kebahagiaan ini, bibirku tidak bisa berhenti untuk tersenyum dan suara hati tak berhenti mengucap syukur. "Jarang sekali kita

Mak Uti.

Dua hari terakhir ini ibuku tak henti menelpon menyuruhku pulang. Aku heran, tidak biasanya ibu bertingkah seperti ini. Mengapa tidak suruh aku pulang jauh-jauh hari sehingga aku bisa mempersiapkan diri. Lagipula, seminggu lagi ada ujian akhir semester. Ah ibu, apa tidak bisa menunggu sebulan lagi? Aku menggerutu dalam hati. Konsentrasiku untuk mengerjakan tugas kuliah yang kian menumpuk buyar sudah. Kuputuskan keluar sebentar mencari udara segar. Sayup-sayup kudengar senandung puji-pujian dari pos ronda dekat kosku. Aku tak terlalu mengerti isi pujian berbahasa Jawa tersebut. Tiba-tiba saja kakiku melangkah menuju tempat itu. Kulihat sesosok wanita tua berbalut mukena putih sedang duduk di atas hamparan koran bekas. Hanya cahaya dari lampu teplok yang tergantung di dinding sebagai penerangan di sana. Mak Uti. Begitulah orang-orang biasa memanggilnya. Sejak aku tinggal di kota ini, ia memang seringkali terlihat di pos ronda ini menunggui barang dagangannya. Aku tak tahu apakah ada yang