Di Meja Ini

 Di meja ini, ada Ibu disampingku dan ada Ayah serta Adi didepanku. Adi adalah adikku, si super hero kecilnya Ayah dan Ibu. Diatas meja ada hidangan istimewa yang selalu ada disetiap malam di rumah ini. Berlebihan sekali memang, tapi itu benar-benar hidangan istimewa walaupun tiap hari pun sama.


“Ibu buatin sayur asem kesukaan kakak” ibu membawa sayur asem kesukaanku. Membayangkannya saja pun sudah merasa enak apalagi merasakannya. Tak ada kata bosan untuk mencicipi sayur asem buatan ibu. Rasanya sangat hambar ketika makan malam bersama tanpa ada sayur asem buatan ibu.

“Yeee…. sayur asem” teriakku.


Seperti biasa sebelum makan kita berdo’a terlebih dahulu. Memang sesederhana ini untuk bahagia, bersyukur atas yang kita miliki. Diatas meja ini, kulihat Adi, Ayah, dan Ibu menunjukkan wajahnya yang berbahagia. Bagaimana denganku? Sama, aku pun tak bisa menutupi kebahagiaan ini, bibirku tidak bisa berhenti untuk tersenyum dan suara hati tak berhenti mengucap syukur.


"Jarang sekali kita makan diluar yah, nanti kalo Ayah punya rezeki banyak nanti ajak kalian makan diluar yah, kesian anak-anak Ayah jarang makan di restoran”

“Pasti Adi dan kakak seneng yah Ayah mau ngajak makan di restoran”

Aku terkejut atas pernyataan ayah dan ibu.

“Maafkan ayah yah, yang hanya bisa ngasih uang ke ibu untuk cukup masak sayur asem. tempe. tahu, dan makanan sederhana lainnya, jarang sekali ayam goreng ada di atas meja ini. Maafkan ayah yah”


Sedih rasanya mendengar ungkapan itu pertama kalinya dari mulut Ayah dan Ibu. Aku merasa bersalah karena pernah bertanya kepada Ibu kenapa Ibu tidak membeli ayam goreng. Aku rasa itu pertanyaan bodoh yang selama ini aku tanyakan kepada Ibu.


“Adi lebih seneng masakan Ibu kok, tak usah ke restoran untuk makan enak” Celetuk Adi, sungguh menyentuh hati.

“Ayah dan Ibu, tidak perlu membawa Ani dan Adi ke restoran untuk makan enak. Justu, Ani merasa bersyukur meja makan ini sebagai tempat kehangatan keluarga ini. Kita makan bersama, pagi dan malam. Dan masakan ibu, apapun itu makanan sederhana pun jadi makanan istimewa. Sejujurnya Ani sedih karena Ayah dan Ibu mengutarakan hal itu, karena inilah salah satu kebahagian Ani. Makan di Restoran belum tentu akan sebahagia ini”

Ternyata ibu dan ayah meneteskan air mata atas ucapakanku ini.


“Ayah dan Ibu beryukur memiliki kalian”


Obrolan yang tak biasa memang. Namun, setelah ini kita berbincang-bincang seperti biasa menceritakan kejadian hari ini, apalagi kalo Adi yang bercerita perutku sampai sakit karena tertawa mendengar ceritanya. Do’a ku semoga kita bisa berkumpul bukan hanya di dunia tetapi di surgamu Ya Rabb. Aamiin.

Comments

Popular posts from this blog

Materi Praktik Cerpen

Resensi Buku Muni Luka Yang Tak Tersayat

Masa Tua