Perjalanan Mimpi

Namaku Adi Syailendra, usiaku 21 tahun. Dengan tubuh tinggi dan tegap, semakin menyempurnakan hasil karya Tuhan dalam wujud tubuhku ini. Hobiku juga maskulin, yaitu berburu rusa. Aku senang olahraga itu sebabnya tubuhku menjadi idaman para gadis walau hanya sekali pandang, tentu saja wajahku tampan, banyak orang bilang wajahku mirip artis dari negeri ginseng.


Persiapan menuju hari dimana aku akan berburu ke hutan dalam gunung Ciremai, perbekalan dan persiapan sudah aku perhitungkan jauh-jauh hari.


Kepercayaan diriku amatlah tinggi, oleh karena itu aku selalu sendiri saja ketika berburu rusa. Merasa yakin karena aku sudah berburu rusa sejak usiaku menginjak 10 tahun.


Pagi hari sudah aku memulai perjalanan kali ini. Tidak lupa berdoa sebelum melangkahkan kaki keluar rumah. Aku orang yang percaya ada kekuatan besar yang mengatur hajat hidup orang banyak, walaupun aku sendiri tidak memilih satu agama apapun. Tolong ini jangan digugat, aku percaya perbuatan baik akan berbuah kebaikan pada hidupku, titik.


Memasuki pintu masuk hutan, hawa sejuk sudah menyambutku. Bersiap mengeluarkan perlengkapan yang menempel di tubuh agar mudah dalam melewati segala rintangan di depan mata.


Selamat datang sebuah petualangan. Berapa kali pun aku keluar masuk hutan, selalu menganggap ini adalah hal seru pertama yang aku lewati. Karena tidak ada cerita yang serupa persis biar pun tempat, waktu dan orang yang sama.


Tiba di tempat dimana kawanan rusa berada. Senjata yang kubawa siap membidik. Sial, ternyata meleset.


Kawanan rusa semakin masuk ke dalam hutan mereka berlari. Entah mengapa sebelumnya cuaca amatlah cerah, namun kini tiba-tiba mengapa hutan terasa begitu dalam dan gelap ya?!


Berlari sambil bersembunyi jangan sampai membuat kawanan rusa kembali berlari jauh. Dan nyatanya, aku kehilangan jejak mereka.


Sepertinya ini bukan hari yang baik untuk aku berburu. Aku tersesat.


Kalau biasanya aku meninggalkan jejak di jalur dimana aku melewati jalan di hutan, entah mengapa kali ini aku tidak melakukan sebagaimana pemburu membuat jejak untuk jalan kembali pulang.


Aku hanya mempersiapkan bekal untuk berburu sehari saja. Entah ini hari ke berapa rasanya matahari sudah terbenam dan terbit 5 kali.


Aku kehabisan akal karena perbekalan tidak tersisa bahkan untuk menghabiskan satu hari lagi di dalam hutan ini. 


Aah, ternyata ada satu ekor rusa terpisah dari kawanan. Jika berhasil maka ini akan menjadi santapan daging pertamaku dalam lima hari ini.


Siap membidik, dan.... Loh kok rusa itu matanya menatap tajam ke arahku?


"Hey, lelaki muda. Apa kau ingin membunuhku dengan anak panahmu?"


Bibirku seakan tidak bisa menutup, rusa itu berbicara?


"Hey, kenapa kau tidak menjawab? Kau bisu? Saya memang rusa penghuni hutan dalam. Saya rasa bukan rahasia lagi jika hewan penghuni hutan dalam memiliki kekuatan khusus, dan kekuatan khusus saya adalah bisa berbicara layaknya manusia. Jangan kaget."


Rasa terkejut membuatku susah untuk mengeluarkan sepatah kata, aku hanya menganggukkan kepala sebagai tanda aku mengerti.


"Kau tersesat? Mau aku bantu? Tapi ada syarat yang harus kau penuhi. Apa kau bersedia?"


"A.. apa maksudmu, wahai rusa? Aku hanya ingin pulang."


"Tentu saja kau bisa pulang asal mau memenuhi syarat yang kuberikan."


"Apa syarat yang kau maksud, hey rusa?"


"Saya tidak akan menjawab sebelum kau menyanggupi."


Dengan mempertimbangkan bahwa inilah satu-satunya jalan untuk kembali pulang akhirnya aku menyanggupi syarat yang akan diberikan rusa itu.


" Baiklah, yang pertama kau harus menjawab pertanyaanku. Bagaimana caranya kau menyelamatkan dua orang jika melihat seorang kakek yang hampir tenggelam dan seorang nenek yang sedang berjalan ke seberang tapi kau melihat tidak jauh dari sana ada truk melaju kencang siap menghantam tubuh nenek tersebut?"


Sejenak aku berpikir ditengah rasa terkejut yang belum hingga benar.


"Aku akan menarik nenek yang menyeberang untuk menghindari tubuhnya tertabrak truk, disitu aku sudah menyelamatkan nenek dan juga supir truk dari kecelakaan. Namun aku merasa kakek pun harus diselamatkan, maka aku akan meminta bantuan supir truk membantu menarik kakek dari ancaman tenggelam."


"Baik, syarat berikutnya saya meminta kamu memotong batang pohon tanpa menggunakan alat satupun."


Tentu saja itu hal mustahil untuk dilakukan. Tidak ada yang sanggup memotong batang pohon yang besar tanpa bantuan sebuah alat.


"Ahay, aku tahu. Aku akan meminta bantuan berang-berang untuk memotong kayu. Tidak sulit ternyata ya, memotong kayu sangat mudah bagi temanku berang-berang tersebut."


"Lalu bagaimana jika ada gadis cantik yang meminta kamu untuk menikahinya?"


" Satu ini aku tidak setuju, karena sejatinya lelaki yang melamar gadis pujaannya. Aku akan melakukan apapun demi ratu hatiku."


Dan cahaya menyilaukan merubah rusa tersebut menjadi seorang gadis paling cantik yang pernah aku temui. Kulit putih mulus tanpa cela terlihat jelas, bola mata yang menjadi magnet penarik penglihatanku untuk tidak berpaling memandangnya.


"Hey pria tampan. Siapa namamu?"


"A..adi Syailendra namaku."


"Wajah tampan, nama yang indah dan pria cerdas. Terima kasih sudah membebaskan kutukanku. Maukah kau menikah denganku?"


Sebelum aku menjawab pertanyaan gadis cantik nan rupawan, hujan lebat mengguyur tubuh kami.


"Adiiiii.... Sudah jam berapa ini? Dasar pemalas bujang lapuk bangun selalu siang!"


Ah, suara merdu emak membangunkan perjalanan mimpiku kali ini.

.


Tamat

Comments

Popular posts from this blog

Materi Praktik Cerpen

Resensi Buku Muni Luka Yang Tak Tersayat

Masa Tua