Lembayung Senja


"Lihat!!" serunya padaku. Menunjuk langit berwarna merah jingga.
"Ketika matahari hampir sepenuhnya terbenam ini yang dinamakan lembayung senja, Dara!" jelasnya. Aku melirik padanya, menyunggingkan senyum termanis pada laki-laki bermata biru itu.
"Indah!"
"Ada filosofi dari lembayung senja ini, Ra!"
"Manusia yang telah mengalami perjalanan panjang kehidupan diibaratkan matahari yang hampir terbenam." Samar-samar kalimat yang diucapkannya melintas ditelingaku.
"Jangan ngawur!"
Hari ini, aku kembali menginjakkan kaki di pantai ini.
"Langitnya indah, bu!" serunya.
"Itu namanya lembayung senja sayang" jawabku. Aku seolah mengalami de javu. Tapi tujuh tahun yang silam, kata-kata itu diucapkan oleh pangeran bermata biru. Ayah dari Rara, anakku.

#flashfiction

Comments

Popular posts from this blog

Materi Praktik Cerpen

Resensi Buku Muni Luka Yang Tak Tersayat

Masa Tua