Berakhir di Januari

 Bram menyingkirkan kalender duduk 2013 di meja kerjanya. Kalender baru bernuansa black and white sudah bertengger menggantikan.

Resolusi…resolusi…kata itu yang selalu didengung-dengungkan di akhir tahun dan awal bulan ini.
“Kalau Bram sih pasti resolusinya satu, menikah!” seru sepupunya sembari tertawa dalam pertemuan keluarga tiga hari lalu.
“Apa sih Bram yang kau tunggu, kurang apa sih Kikan. Cantik, pinter, baik, pintar membawa diri, mapan. Tunggu apa lagi?” tanya buliknya.
Bram hanya tersenyum. Tidak semudah itu.
Resolusi. Tekad Bram sudah kuat. Kali ini dia menuliskan di daftar teratas. Menikah. Harus! Dia harus bergerak dari titik yang sekarang membuatnya jalan di tempat.
Ia menimbang-nimbang sebuah cincin di tangannya. Berkali-kali ia mengajak Kikan untuk membicarakan hal itu dengan kedua keluarga, namun Kikan selalu menolak. Belum siaplah, tunggu S2-nya selesai lah, karirnya sedang menanjak lah. Sederetan alasan yang membuat hubungan mereka stag. Dan mereka tetap bertahan. Bram tak mau kehilangan Kikan. Kikan tahu benar akan hal itu. Makanya Kikan tetap kukuh pada pendiriannya.
Malam ini Bram sudah rapi, cincin tak lupa dibawanya serta. Apapun yang terjadi, malam ini ia harus menemui kedua orang tua Kikan untuk secepatnya meresmikan hubungan mereka. Hati sudah ditata, siap menerima apapun jawaban dari Kikan.
“Bram, kenapa harus sekarang? Kita terlalu terburu-buru.” Lagi-lagi jawaban itu. Bram menghela nafas. Kemungkinan itu sudah diperhitungkannya.
“Ya, harus sekarang. Atau… kita…” Bram sudah lelah dengan tarik-ulur itu. Ia tak mau lagi bertele-tele. Ia sudah merasa lelah tanpa arah.
“Kenapa Bram?”
“Kita akhiri saja hubungan kita!” Beban berat itu menggelinding.
“Kita, putus? Maksud kamu? Kamu mau mutusin aku sekarang? Apa sih yang kurang dari aku buat kamu?” Kikan terlalu percaya diri untuk mengucapkannya. Ia tahu pasti, sebab Bram menganggap Kikan sudah sempurna untuknya.
“Hanya satu kekuranganmu, maaf” lirih, terdengar seperti bisikan. Dikuatkannya hatinya.
Kikan menunggu
“Komitmen,” ujar Bram tegas.
Bram melangkah pergi dengan langkah yang entah mengapa, terasa hilang semua beban yang menghimpit. Di balik punggungnya, Kikan menatap kosong ke arah Bram yang menjauh darinya.

#cerpen #ceritapendek #rhein

Comments

Popular posts from this blog

Materi Praktik Cerpen

Resensi Buku Muni Luka Yang Tak Tersayat

Masa Tua