Tiang Listrik

 Teng!-Teng!

Tubuhku dipukul dua kali. Begitu selalu. Setiap jam dua dini hari. Biasanya aku terbangun dari lelap tidur dan menyaksikan sesosok lelaki tua, petugas ronda malam kompleks perumahan menatapku puas dengan setangkai kayu ditangan kanan.
Aku kembali tidur sesaat setelah melihat seulas senyum menghiasi bibir lelaki itu.
Sebuah tanda.
Hanya sebuah tanda bahwa lelaki tua itu baru saja lewat berpatroli disekitar lingkungan tempatku berdiri tegak. Tepat dipukul dua dini hari. Selalu begitu setiap hari selama empat tahun terakhir. Dan aku menikmati rutinitas menyakitkan itu sembari diam-diam bersyukur masih untung dipukul dua kali, bagaimana kiranya jika sampai dipukul dua belas kali?
Sosok lelaki tua itu lalu beranjak pergi meninggalkanku yang masih saja berdiri tegak disitu, ditempat yang sama.
Diam-diam aku mengagumi kesetiaan lelaki itu pada pekerjaannya. Konon sejak ia, yang mantan pensiunan tentara, menjadi petugas keamanan malam dilingkungan tersebut tingkat kejahatan menurun drastis. Pencurian atau tindak kriminal lainnya yang kerap terjadi berhasil di-eliminir dengan sukses.
Terdengar bunyi teriakan menjerit kesakitan dari rumah yang terdekat dengan tempat aku berdiri tegak. Dalam kegelapan aku mengamati sebuah bayangan beberapa orang yang sedang berlari keluar dari rumah tersebut.
Sosok lelaki tua penjaga perumahan berlari dari arah berlawan menuju sumber suara teriakan. Dalam gelap aku melihat pergumulan. Sebuah perkelahian tidak seimbang, dua orang melawan lelaki tua penjaga perumahan.
Teng!..Teng!.
Tubuhku dipukul dua kali. Begitu selalu. Setiap jam dua dini hari.
Dan aku tersentak kaget.
Bukan lelaki tua itu yang berada dihadapanku. Perdana setelah empat tahun terakhir, aku merasakan dua pukulan yang berbeda. Terasa menyakitkan.
Ada dua lelaki muda disana. Bertampang sangar bertubuh kekar dengan tattoo terpampang dilengan. Salah satu lelaki itu menatapku puas dengan setangkai kayu ditangan kanan, lelaki satunya menyeringai seraya memasukkan belati di sangkur yang terletak dipinggangnya.
Sementara sang lelaki tua penjaga malam berada tepat dibawahku. Terkulai diam tak bergerak dengan dada bersimbah darah.

Tanpa seulas senyum yang selalu kukenal, setiap jam dua dinihari.

#cerpen #ceritapendek #ceritarhein

Comments

Popular posts from this blog

Materi Praktik Cerpen

Resensi Buku Muni Luka Yang Tak Tersayat

Masa Tua