Pearl, Setelah Dua Puluh Tahun
AKU sedang membongkar tumpukan buku di rak lama ketika kutemukan sebuah buku catatan harian hampir dua puluh tahun yang lalu. Buku tulis setebal lebih kurang dua sentimeter itu berisi coretanku tentang apa saja: catatan pagi setiap bangun tidur, ide cerita pendek, ide bab novel, serta rangkaian imajinasi, fakta, mimpi, atau apa pun yang melintas di kepalaku. Dan catatan tentang dia: Pearl. Aku memang masih menulis buku harian—bahkan sampai sekarang—meskipun tidak lagi diawali dengan Dear Diary seperti di zaman SMP dan SMA dan tidak menulis setiap hari. Aku juga tidak tahu mengapa saat itu aku selalu mencatat SMS-SMS dia di buku itu. Mungkin karena aku sekadar tak ingin SMS-nya hilang, sedangkan kapasitas penyimpanan pesan singkat di ponselku sangat terbatas. Di bukuku sengaja kutulis namanya Pearl, bukan nama aslinya. Aku tak ingin nama aslinya terlacak melalui buku itu, entah bagaimana caranya. Pemikiran yang agak konyol, ya? Di mana dia sekarang, ketika teman-temannya sudah banyak ya